9.3.8.1.
Kesenian yang aku suka (selain lahirmu) adalah saat malam melibatkan hujan. Jika kau ingin tau mengapa, semoga kita setuju tentang bintang-bintang yang mencair dan menjatuhkan diri di penghujung tahun.Semalam aku melihatnya dari tepian jalan. Dan memang seperti itu rasanya. Sama halnya bagaimana drama bekerja atau cara penyiar memberitakan kabar. Selalu tentang kesenian, hal-hal yang memulangkan peka pada indra manusia.Aku suka melamun saat hujan atau juga bagiku adalah bercerita ketika sedang tidak ada selainku yang bertelinga. Kemarin saat jalan pulangku benar-benar berair, sepatuku basah, ada tentangmu yang paling sengaja.Aku melihatmu berteduh di sebuah selasar. Kau berdiri di balik barisan aster alpinus dan menadah air hujan dengan telapak tanganmu. Di tepi jalan seberang aku adalah satu-satunya manusia yang berjalan di bawah gemuruh.Hingga aku berhenti di depanmu dan melakukan hal yang sama di sebelah telapak tanganmu. Menadah air yang jatuh dari atap tempatmu berteduh dengan telapak tanganku.Tanpa melihatku, kau menyadari kita hanya berdua. Kau tersenyum melihat air berjatuhan.Kau bilang bahwa kau ingin jadi hujan. Lalu ku alihkan telapak tanganku di bawah telapak tanganmu. Ku bilang padamu bahwa aku mencintai hujan. Dan itu yang membuatku tak ingin jadi dirinya.Deras hujan mengalahkan mataku. Aku menunduk kalah. Ku lihat di antara sepatuku satu bunga aster terbunuh. Ku lihat di depanku kau pun tiada.Aku tersenyum berjalan pulang.Sesampai di rumah aku akan menadah air hujan dari atap dengan telapak tanganku barang sebentar. Lalu di dalam kamar aku akan menulis, sesekali memejamkan mata menjaring suaranya.Hujan yang aku cintai, barangkali adalah dirimu.
Komentar
Posting Komentar