Menunggu balasan jibril
Malam ini, aku pergi ke tepi sunyi.
Mengeja hidup, yang tak ku pahami.
Aku, duduk di bibir harapan manis.
Menunggu indah, yang kunamai gerimis.
Kepada jibril telah ku titipkan surat.
Tentang jiwaku yang sekarat.
Aku hanya bisa terdiam.
Didalam jiwa yang remuk redam.
Aku adalah anak manusia yang terlahir, dari rahim luka.
Hidup sebagai seorang pertapa. menanggung nestapa.
Disini, aku menunggu jibril dalam getir.
Untuk bisiki aku, tentang takdir.
( Makassar, 11 february 2019)
Komentar
Posting Komentar